Pertunjukan Seni Istimewa di Jogja

Pertunjukan Seni Istimewa di Jogja – Bagaimana cara Anda menikmati setiap sudut Kota Yogyakarta? Apakah dengan mengunjungi tempat wisata seperti keraton, menyusuri Malioboro, menaiki delman, berbelanja batik, menyantap makan malam di warung angkringan, atau yang lainnya?

Anda mungkin melupakan satu hal yang esensial dari Yogyakarta. Ya, kesenian dan budaya Jawa yang sangat kental. Bukan Yogyakarta namanya jika tidak ada atmosfer kesenian dan budaya yang melingkupinya.

Jika Anda hendak berlibur lagi ke Yogyakarta, cobalah untuk menjajal pengalaman baru dengan menikmati pertunjukan-pertunjukan seni berikut ini. Dijamin membuat liburan Anda semakin istimewa! sbobet365

1. Sendratari Ramayana Prambanan

Mengunjungi Candi Prambanan saja sudah biasa. Menonton epos Mahabrata langsung di depan Candi Prambanan baru luar biasa. Datanglah ke situs bersejarah itu pada hari Selasa, Kamis, atau Sabtu. Pertunjukan Sendratari Ramayana rutin digelar untuk memukau setiap pasang mata. judi bola

Pertunjukan Seni Istimewa di Jogja

Sendratari Ramayana Prambanan merupakan sebuah pertunjukan yang menggabungkan tari, musik, dan drama tanpa dialog yang diangkat dari cerita Ramayana, seperti yang ada di relief Candi Siwa yang berada di Kompleks Candi Prambanan. https://americandreamdrivein.com/

Dinamakan Sendratari Ramayana Prambanan sebab lokasinya berada di sebelah kawasan wisata Candi Prambanan, salah satu tempat wisata beken yang terletak di jalan raya Jogja-Solo. Sendratari Ramayana juga  merupakan sebuah pertunjukkan drama tanpa dialog yang dikemas dalam bentuk tari tradisional yang mengisahkan tentang Rama yang berusaha menyelamatkan istrinya Shinta dari tangan Rahwana. Kisah dalam sendratari ini juga terukir pada salah satu dinding Candi Prambanan. Tepatnya pada Candi Syiwa.

Sekilas saja, endratari ini mengisahkan tentang sepenggal cerita tentang kehidupan Rama. Jalan cerita yang panjang dan menegangkan membuat setiap penikmat seolah-olah terbawa oleh suasana. Cerita yang dibagi ke dalam empat lakon atau babak di antaranya adalah penculikan Dewi Shinta, misi Anoman ke Alengka, kematian Kumbakarna dan Rahwana, dan pertemuan kembali Rama-Shinta

Tari dan drama melakonkan perjuangan Rama menyelamatkan Sinta yang diculik oleh Rahwana. Terbagi menjadi empat episode yang masing-masing berdurasi selama dua jam. Diiringi pula oleh efek-efek yang menghidupkan suasana, seperti kobaran api yang menyala di hadapan candi.

Selama kurang lebih dua jam penonton akan diberi suguhan menarik dari pertunjukan yang diperankan oleh ratusan penari yang diiringi musik gamelan dan pesinden yang menceritakan jalan cerita melalui tembang jawa.

Bagi anda yang tidak bisa berbahasa Jawa jangan khawatir, karena di pementasan sendratari ini juga disediakan narasi dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.

Hanya dengan membeli tiket seharga Rp125.000,00, Anda sudah bisa menyaksikan pertunjukan kolosal bertaraf internasional itu.

2. Borobudur Nite Festival

Pertunjukan Seni Istimewa di Jogja

Nyalakan mimpi-mimpi Anda dengan melepas lampion di langit Borobudur. Pelepasan lampion dilakukan di Borobudur Nite Festival. Festival tersebut biasanya digelar pada malam tahun baru. Acara ini juga menekankan unsur kearifan budaya lokal melalui kesenian, musik, dan festival makanan khas Indonesia. Musik modern juga akan berpadu dengan kesenian. Di mana ini menjadi sesuatu yang khas karena bisa menyatukan hal yang modern dengan sifat tradisional Borobudur yang eksotis.

Pasar di destinasi Borobudur dan sekitarnya masih sangat terbuka lebar. Masih sangat mungkin untuk melampaui pasar wisata Angkorwat Kamboja, yang setiap tahun dikunjungi 2,3 juta wisman. Baginya, Borobudur memiliki “ruh” yang lebih kuat dari Angkor Wat, lebih besar secara ukuran, dan lebih dihormati sebagai situs heritage. Apalagi Borobudur telah tercatat di UNESCO sebagai kompleks canndi yang menyimpan banyak cerita sejarah.

Acara-acara itu sangat cocok untuk pecinta musik, apalagi kegiatan ini dilaksanakan di area heritage building yang sudah ratusan tahun berdiri dan menjadi salah satu kekuatan destinasi Joglosemar

Borobudur Nite Festival dimeriahkan oleh musikus-musikus Indonesia. Sebelumnya, penonton juga akan disuguhi kesenian tradisional. Masyarakat dari sekitar candi yang mementaskannya untuk mengangkat potensi desa. Adapun harga tiketnya hanya Rp150.000,00.

3. Pagelaran Wayang Kulit

Pagelaran wayang sering kali dianggap ketinggalan zaman. Orang yang menontonnya bisa dicap kuno. Padahal, masyarakat Indonesia seharusnya bangga dengan warisan budaya itu. Orang asing saja menyukainya. Kesenian tersebut bahkan telah mendapat pengakuan dari UNESCO.

Anda bisa menyaksikan pagelaran wayang kulit di Museum Sonobudoyo. Tidak seperti pertunjukan wayang pada umumnya yang semalam suntuk, Museum Sonobudoyo hanya memberikan durasi selama dua jam. Cukup membeli tiket seharga Rp20.000,00, Anda sudah bisa menyaksikannya bersama wisatawan mancanegara. Nikmati epik Mahabrata dalam gerakan bayang-bayang wayang dari balik layar putih.

4. Pagelaran Ketoprak

Mungkin, dulu Anda pernah menonton pertunjukan ketoprak di layar televisi. Bagaimana jika Anda menyaksikannya secara langsung selagi berlibur di kota gudeg? RRI Yogyakarta mengadakannya secara rutin setiap bulan. Bahkan, pertunjukan itu juga disiarkan melalui saluran radio. Kesenian ketoprak (disebut kethoprak dalam bahasa Jawa) merupakan seni pentas drama tradisional. Kerap disebut sebagai ketoprak Mataram, karena berkembang di daerah Ngayogyakarta. Diyakini asal muasal kesenian ini dari daerah Surakarta.

Penggunaan sarana alat keprak melalui pukulan pada kentongan bambu. Dikethok prak prak prak….jadilah kethoprak. Melahirkan istilah ketoprak, terdengar serasa ketoprak-prak. Pak dalang selaku sutradara pemegang keprak dan narasi penghubung antar adegan. Perkembangannya melibatkan iringan gamelan jawa.

Pagelaran Ketoprak Mataram menceritakan kehidupan masyarakat di zaman Kerajaan Mataram. Serasa membawa Anda ke masa berabad-abad silam. Isinya serius, tapi dikemas dalam dialog jenaka yang memicu gemuruh tawa penonton.

5. Jazz Mben Senen

Pertunjukan yang satu ini memang bukan kesenian khas Nusantara, tetapi sayang untuk dilewatkan. Komunitas Musik Jazz Jogja senantiasa menghibur para pendengarnya setiap hari Senin di Bentara Budaya Yogyakarta, pukul 20.00 WIB sampai selesai. Jazz mben Senen (JMS) awalnya diadakan sebagai bentuk empati atas sesama musisi yang sedang sakit kala itu. Masih ingat saat itu melihat dan menikmati seakrab itu tampilan dari Trie Utami, suaranya yang khas berpadu jahe panas angkringan sembari duduk lesehan. Berjalannya waktu, JMS menjadi suatu komunitas. Ada yang rutin tiap senin malam menyempatkan waktu dipelataran Gedung Bentara Budaya

Bukan hanya bisa menikmati alunan musik dari musisi lokal, musisi nasional pun sesekali hadir mengisi acara. Bahkan, musisi dari luar negeri seperti Jepang dan Australia juga pernah menyemarakkan Jazz Mben Senen. Anda tidak perlu merogoh kocek sama sekali alias gratis untuk menikmatinya.

Sebelum berlibur ke kota gudeg ini, pastikan Anda sudah mereservasi penginapan. Jangan hanya memilih penginapan yang murah. Pilih juga yang nyaman dan lengkap fasilitasnya. Memangnya ada? Ada. Airy Rooms buktinya.

Coba saja akses webnya, atau melalui Android Apps atau iOS Apps. Anda akan menemukan beragam hotel murah di Jogja. Mau memesan kamar yang harganya di bawah Rp200.000,00 sekali pun, fasilitas setiap kamarnya tetap lengkap. Mulai dari AC, televisi layar datar, pancuran air hangat, sampai wifi gratis.

Dalang Indonesia Membuat Pertunjukkan Wayang di Australia

Dalang Indonesia Membuat Pertunjukkan  Wayang di Australia – Budaya Indonesia tidak selalu identik dengan batik dan makanannya. Dunia pula mengenal Indonesia lewat pertunjukan wayang. Pernahkah kamu melihat pertunjukan wayang? Atau pernah mendengar karakter Hanoman si monyet putih?  Wayang ternyata juga dikenal di Australia. Salah satu yang mengenalkan kesenian dari Indonesia itu adalah Sumardi Sabdho Carito.

Walaupun namanya sudah mendunia, pendalang nusantara Sumardi Sabdho Carito dari Yogyakarta melihat bahwa warga Indonesia tidak begitu peduli dengan perkembangan perwayangan di Tanah Air. Ia justru merasa bahwa Australia merupakan lahan segar yang memberikannya keleluasaan untuk melestarikan budaya wayang. Lulus dari Institut Seni Indonesia Yogyakarta dengan jurusan pendalangan, Sumardi merupakan sosok ‘langka’. Sebelum serius menjalani karir pendalanganya, ia mengawali karirnya di perusahaan asuransi. taruhan bola

Dalang Indonesia Membuat Pertunjukkan  Wayang di Australia

Sumardi merupakan seorang sosok yang memiliki kecintaan yang teramat besar terhadap dunia perwayangan. Dalam tur yang dilakukannya ke berbagai sekolah dari tingkat pre-school hingga SMA, ia berusaha memberikan cerita yang berbeda dengan pesan moral yang memberikan pelajaran hidup. Menurutnya, wayang adalah refleksi dari karakter manusia di dunia. sbobet365

Saat dirinya datang ke Sekolah Taman Kanak-Kanak, ia akan menggunakan wayang kancil atau animal puppet. Hal ini membuatnya dapat berkomunikasi dengan mudah kepada anak-anak. Tidak hanya itu, ia pun menceritakan kisah wayangnya dalam Bahasa Inggris agar dongengnya bisa dimengerti. www.americannamedaycalendar.com

Ada sejumlah alasan mengapa dalang Sumardi Sabdho Carito lebih memilih memperkenalkan wayang kepada anak-anak di Australia. Ia tidak hanya menampilkan pertunjukan wayang kepada anak-anak di sana, tapi juga mengajarkan mereka cara membuat benda itu dari bahan-bahan sederhana.

Hampir setiap tahunnya, Sumardi datang ke Australia untuk berkunjung ke sekolah-sekolah dasar dan membawa wayang. Ia sudah melakukan kegiatan itu selama sembilan tahun. Negeri Australia bukanlah tempat yang asing bagi Sumardi. Lewat kolaborasinya dengan sebuah organisasi bernama Culture Infusion, ia sudah berkeliling ke Port Hedland di Australia Barat hingga Cairns di negara bagian Queensland. Adalah Cultural Infusion, sebuah agen budaya Australia yang berbasis di Collingwood, negara bagian Victoria, yang mengundang Sumardi untuk memperkenalkan wayang kepada anak-anak di sana.

Dalang Indonesia Membuat Pertunjukkan  Wayang di Australia

Masa Depan Wayang

Saat upaya untuk memperkenalkan wayang di Australia oleh Sumardi ditanggapi dengan baik, Sumardi mengaku pesimis jika wayang di negeri sendiri akan mampu mendapatkan tempat di hati anak-anak Indonesia.

Menurut Sumardi, salah satu penyebabnya adalah kondisi ekonomi bangsa Indonesia, khususnya masyarakat di Jawa yang kurang mencukupi untuk bisa ‘nanggap wayang’. Padahal menurutnya untuk ‘nanggap wayang’ ini membutuhkan biaya yang tinggi.

“Berkembangnya teknologi canggih dengan game-game yang dianggap modern menarik kalangan generasi muda, sehingga wayang dianggap kuno,” ujar Sumardi.

“Yang tak kalah penting adalah adanya anggapan dari agama dan aliran yang menganggap wayang adalah hal yang dilarang… bahkan banyak agama atau aliran agama yang mengkriminalisasi wayang atau pertunjukkannya.”

Sumardi juga menyebutkan sejumlah faktor yang membuatnya pesimis bahwa wayang bisa digemari anak-anak Indonesia. Misalnya, semakin kurangnya tempat luas untuk pertunjukkan, serta waktu pagelaran yang biasanya malam hari sehingga orang tua melarang anak-anaknya menonton wayang.

Sumardi terus berharap agar bisa melaksanakan program ‘Cultural in Education’ dengan proyek ‘Ayo Nonton Wayang’ kepada murid-murid di Indonesia.

Memperkenalkan budaya asing

Cultural Infusion adalah satu dari sejumlah agen budaya di Australia, yang berupaya untuk mengajak anak-anak dan para guru untuk lebih membuka wawasan soal dunia dan keberagaman budaya yang dimiliki negara-negara di dunia.

Dari hasil penelusuran di situs resminya, organisasi ini memiliki banyak program untuk memperkenalkan budaya-budaya asing kepada murid-murid di Australia, termasuk budaya Indonesia.

Budaya Indonesia bahkan masuk dalam daftar budaya yang popular untuk dipelajari anak-anak di Australia.

Selain wayang, ada pula program memperkenalkan budaya dan kehidupan di Bali, mempelajari tarian Merak, musik gamelan, dan lainnya.

Program itu ditujukan tidak hanya mereka yang duduk di kelas satu hingga enam sekolah dasar, tapi di sekolah menengah. Durasi program biasanya digelar minimal satu jam. Ada pula yang satu hari selama jam sekolah.

Biaya bagi murid berkisar 6 hingga 13 dolar Australia atau sekitar Rp 60 hingga Rp 130 per orang.

Sumardi mengaku jika ia belum pernah memperkenalkan wayang kepada anak-anak di Indonesia karena terbentur sejumlah kendala.

“Fasilitas sekolah tidak selengkap di Australia untuk menggelar pertunjukkan wayang,” ujar Sumardi saat dihubungi Erwin Renaldi dari ABC Australia Plus di Melbourne.

“Kedua, birokrasi untuk memperkenalkan wayang masih bertele-tele, banyak kepala sekolah dan guru yang tidak mengizinkan memperkenalkan wayang di sekolah,” tambahnya.

Sumardi mengatakan jika dalam hati kecilnya ingin sekali memperkenalkan warisan budaya wayang kepada anak-anak Indonesia sendiri, tetapi ia mengaku membutuhkan bantuan dari berbagai pihak.

“Saya pernah mencoba mengajukan proposal ke salah satu perusahaan di Indonesia untuk mendukung program saya, ‘Cultural in Education’ dengan misi ‘Ayo Nonton Wayang’, namun belum ada tanggapan sampai sekarang.”

Dengan tawaran yang datang dari Australia, Dalang Sumardi seolah mendapat kesempatan untuk memperkenalkan budaya wayang kepada generasi muda, meski bukan dari tanah kelahirannya sendiri.

Di Australia, Sumardi mengatakan telah memperkenalkan wayang kulit, wayang kancil, wayang golek, hingga seni tari.

“Pada tahun 2014 saya membawa instrumen gamelan kendang dan gender. Tujuannya untuk memperkenalkan salah satu musik yang mengiringi pertunjukkan wayang kulit,” jelas Sumardi yang lulus dari Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta.

Sumardi mengaku jika murid-murid sekolah dasar berserta para guru menanggapi budaya wayang asal Indonesia dengan positif. Menurut pria kelahiran tahun 1966 tersebut, mereka menganggap bahwa budaya wayang adalah sesuatu yang unik dan menarik.

Ia pun seringkali dibanjiri pertanyaan soal wayang dari para murid, yang berasal dari kelas satu dan enam sekolah dasar.

Nasib Semu Budaya Wayang

Apabila kita cukup jeli untuk melihat lingkungan sekitar di Indonesia, mungkin kita akan kesulitan untuk mencari pendalang. Hal ini dikarenakan tidak banyak pendalang yang ingin meneruskan profesi yang mulia ini. Faktor terbesar ialah frekeunsi pementasan wayang yang sangat berkurang. Selain itu, dukungan pemerintah yang minim untuk melestarikan budaya ini serta lahan yang tidak memadai.

“Sekarang, setiap ada lahan kosong langsung dijadikan perumahan. Jadi, seseorang mungkin mempunyai uang untuk menonton wayang, tetapi tempat untuk mementaskan pertujukan tersebut tidak ada,” katanya.

Sedih sekali untuk mendengar hal ini datang dari seseorang yang ingin melestarikan budaya Indonesia yang sudah mendunia. Biaya yang tinggi serta keinginan dari para generasi muda untuk menjadi pendalang juga berkurang. Hal ini terjadi karena profesi ini tidak bisa menjadi menyokong kebutuhan kehidupan sehari-hari.

“Tak kenal maka tak sayang. Generasi sekarang tidak mengenal wayang. Jenjangnya sudah terlalu jauh. Padahal, wayang itu memberikan tuntunan moril.”

Suka duka Sumardi memperlihatkan semangat seorang individu dalam memperjuangkan kelestarian budaya Indonesia. Hambatan serta pesimisme pasti akan melanda. Akan tetapi, kedua hal itu tidak menjadi alasan justru menjadi senjata yang paling ampuh untuk mencapai objektif yang diinginkan.